Arussultra – Pertambangan nikel di kawasan Sulawesi Tenggara telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan daerah. Namun, aktivitas pertambangan ini juga telah menyebabkan kerusakan hutan lindung yang luas, pencemaran sungai, dan konflik antara perusahaan tambang dengan masyarakat adat. Limbah tailing yang mengandung logam berat seperti nikel dan kobalt telah mencemari sumber air tanah, mengancam kesehatan masyarakat dan ekosistem perairan. Selain itu, debu tambang yang terbawa angin juga menyebabkan masalah pernapasan pada penduduk sekitar.”begitu juga dengan dampak lainnya.
Pertambangan nikel adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberikan kontribusi penting bagi perekonomian dan pembangunan, namun di sisi lain, ia juga menimbulkan berbagai masalah lingkungan, sosial, dan kesehatan. Untuk meminimalkan dampak negatif dari pertambangan nikel, diperlukan upaya yang komprehensif, mulai dari tahap eksplorasi hingga pasca tambang. Hal ini mencakup penerapan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, serta partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Pertambangan nikel, meskipun memberikan kontribusi besar pada perekonomian, juga membawa dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan. Proses ekstraksi dan pengolahan nikel menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari tanah, air, dan udara. Logam berat yang terkandung dalam limbah pertambangan nikel dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air tanah, sehingga membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem. Selain itu, aktivitas pertambangan juga dapat menyebabkan erosi tanah, kerusakan hutan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Pertambangan nikel memiliki siklus hidup yang terbatas. Setelah cadangan nikel habis, area tambang akan ditinggalkan dan memerlukan upaya rehabilitasi yang besar dan memakan waktu lama. Proses rehabilitasi ini seringkali tidak berjalan sesuai rencana, sehingga meninggalkan bekas luka permanen pada lingkungan dan masyarakat.
Di balik keuntungan ekonomi yang didapat dari pertambangan nikel, terdapat dampak sosial yang kompleks. Konflik sosial seringkali terjadi antara perusahaan tambang, pemerintah, dan masyarakat lokal. Perbedaan kepentingan, ketidaksepakatan mengenai pembagian keuntungan, dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam dapat memicu konflik yang berkepanjangan. Selain itu, migrasi penduduk dalam skala besar akibat aktivitas pertambangan dapat mengganggu tatanan sosial dan budaya masyarakat setempat.
Paparan terhadap bahan kimia berbahaya yang dihasilkan dari proses pertambangan nikel dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada masyarakat sekitar. Penyakit pernapasan, gangguan kulit, dan penyakit menular adalah beberapa contoh dampak kesehatan yang sering dikaitkan dengan aktivitas pertambangan nikel. Selain itu, limbah pertambangan yang mencemari sumber air juga dapat menyebabkan penyakit akibat konsumsi air yang terkontaminasi.
Pertambangan nikel memiliki siklus hidup yang terbatas. Setelah cadangan nikel habis, area tambang akan ditinggalkan dan memerlukan upaya rehabilitasi yang besar dan memakan waktu lama. Proses rehabilitasi ini seringkali tidak berjalan sesuai rencana, sehingga meninggalkan bekas luka permanen pada lingkungan dan masyarakat, lantas bagaimana tanggapan pemerintah dan masyarakat dalam memberikan konsensus jalan keluar terhadap permasalahan di atas, semua keptusan ada di tangan kita, semua unsur elemen sumber daya manusia harusnya berperan penting dalam melihat permasalahan ini, dengan akan di adakannya pemilihan pemimpin di setiap wilayah daerah masing masing seharusnya hal ini harus menjadi bentuk pembahasan dan sampai kepada tindakan yang lebih jelas terhadap para pemimpn dan masyarakat di wilayah kita masing masing khusunya sulawesi tenggara.
Narasi Oleh : Fadjar Masdin