Provinsi Sulawesi Tenggara, telah menjadi favorit bagi banyak pebisnis selama satu dekade terakhir.Ketertarikan kelompok tersebut bukan tanpa alasan, salah satunya adalah tingginya potensi sumber daya alam (SDA) di Sultra berupa nikel.Tidak mengherankan jika investor bersaing untuk mendapatkan investasi dengan jumlah pinjaman yang besar.seiring operasi penambangan besar yang dilakukan kapitalis untuk mendapatkan keuntungan besar. Di sisi lain, banyak hal yang diingkari dan dikorbankan. seperti kerusakan lingkungan di darat dan laut. Hal ini terjadi dimanapun terdapat ekstraksi nikel.Salah satunya adalah Pulau Kabaena, pulau kecil cantik di tenggara Sulawesi yang kini menjadi zona merah. Hilang sudah laut biru yang memantulkan sinar matahari, terumbu karang yang melindungi ikan, dan hutan hujan yang menjadi benteng alam. Yang ada hanya awan di ekorku, gelapnya air laut dan suara mesin berat yang masih mengeruki tanah.
Dengan maraknya penambangan nikel global yang menandai era kendaraan listrik, suku Bajau yang bergantung pada laut dan suku Moronene yang bergantung pada daratan kini terancam.Laporan terbaru yang dirilis tim peneliti Satya Bumi dan WALHI Sulawesi Tenggara menunjukkan kerusakan lingkungan di Pulau Kabaena akibat penambangan nikel yang berlebihan. Laporan bertajuk “Bagaimana Demam Nikel Menghancurkan Pulau Cabana dan Ruang Hidup Suku Bajau” menunjukkan dampak negatif industri pertambangan terhadap ekosistem, kesehatan masyarakat, dan penghidupan suku Bajau dan Morone di pulau tersebut.Pulau yang seharusnya dilindungi itu kini dikelilingi tambang nikel.